Translate

Home » » Makna Sampurasun

Makna Sampurasun

Bagi orang sunda kata sampurasun, merupakan kata yang tidak aneh dalam pergaulan. Kata "Sampurasun" adalah Ucapan selamat kepada orang disekelilingnya, yang dijawab dengan kata "Rampes"
Kini kata sampurasun yang diplesetkan oleh Tokoh FPI Ust. Habieb Rizik, menjadi "Campur Racun" menjadi permasalahan bagi tokoh sunda seperti kata Walikota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi hingga Ketua AMS pusat. 
Soal itu biarlah orang-orang yang memiliki kekuatan untuk mempermasalhkan hal tersebut kepada Polisi.
Saya disini hanya ingin membagi arti makna "sampurasun" seperti diungkapkan oleh Bupati Purwakata.dalam (http://news.detik.com/berita/3080545/disoal-fpi-begini-makna-sampurasun-menurut-bupati-purwakarta)

Berikut tulisan Dedi mengenai Sampurasun:

Catatan Kecil tentang Makna "Sampurasun"

Berasal dari kalimat "sampurna ning ingsun" yang memiliki makna "sempurnakan diri Anda". Kesempurnaan diri adalah tugas kemanusiaan yang meliputi penyempurnaan pandangan, penyempurnaan pendengaran, penyempurnaan penghisapan, penyempurnaan pengucapan, yang kesemuanya bermuara dalam kebeningan hati. Pancaran kebeningan hati akan mewujudkan sifat kasih sayang hidup manusia, maka orang Sunda menyebutnya sebagai ajaran Siliwangi; silih asah, silih asih, silih asuh.

Ketajaman indrawi orang sunda dalam memaknai sampurasun melahirkan karakter waspada permana tinggal (ceuli kajaga ku runguna, panon kajaga ku awasna, irung kajaga ku angseuna, letah kajaga ku ucapna, yang bermuara pada hate kajaga ku ikhlasna). Waspada permana tinggal bukanlah sikap curiga pada seluruh keadaan, tetapi merupakan manifestasi dari perilaku sosok sunda yang deudeuhan, welasan, asihan, nulung sunda yang deudeuhan, welasan, asihan, nulung kanu butuh, nalang kanu susah, nganteur kanu sieun, nyaangan kanu poekeun (selalu bersikap tolong menolong terhadap sesama hidup). 

Sikap ini melahirkan budaya gotong royong yang dilandasi oleh semangat sareundeuk saigel, sabobot sapihanean, ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak. Sistem komunalitas yang bermuara pada kesamaan titik penggerak (museur/berpusat) pada yang maha Tunggal Penguasa Seluruh Kesemestaan.

Memusatkan seluruh energi kemanusiaan pada Kemahatunggalan Allah Penguasa Alam Semesta melahirkan karakter hilangnya sifat peng-aku-an dalam diri orang sunda. Hirup kudu sasampeuran, awak ukur sasampayan, sariring riring dumadi, sarengkak saparipolah sadaya kersaning Gusti Nu Maha Suci (Tak ada sedikitpun pengakuan dan keakuan dalam diri). Sifat totalitas ini melahirkan sosok yang bernama Rawayan Jati Ki Sunda.
Begitu dalamnya makna dari sampurasun tersebut, bukan sekedar ucapan selamat saja, tetapi ada nasihat buat diri kita Sendiri.

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Intisari Pendidikan.blogspot.com - All Rights Reserved