Translate

Home » » Menyesuaikan Minat dan Bakat Saat Memilih Jurusan Kuliah

Menyesuaikan Minat dan Bakat Saat Memilih Jurusan Kuliah

 "Tradisi" yang kadang menghinggapi sebagian siswa setelah Ujian Nasional adalah kebingungan untuk memilih jurusan kuliah yang cocok untuk dia. Bagi mereka ini adalah pilihan yang kadang membingungkan. Lebih bingung lagi jika ia lebih banyak mendengar dan mengikuti tren yang ada alias latah karena teman. Padahal, kuliah adalah proses pematangan jiwa remaja dalam menuju arah kedewasaan. Dalam fase ini, sebaiknya siswa yang akan lulus sudah menyiapkan dan mematangkan diri untuk masuk dunia kampus. Dunia kampus memang berbeda dengan masa SMA, di sini dibutuhkan kemandirian dan kekreatifan seseorang untuk menjadi dirinya sendiri.

Bakat dan minat hanya siswa sendiri yang tahu. Ia bukan bagian diri temannya. Ia sebaiknya menghindari sikap membebek. Misalnya, karena temannya memilih jurusan favorit di perguruan tinggi yang bonafid, maka ia ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan aspek kemampuan diri. Jujurlah pada diri: "Saya memang bakat dan minatnya di sini!". Jika Anda jago dan berbakat serta mempunyai kemampuan dalam bidang sains, ya pilihlah jurusan yang sesuai. Ingat, jurusan adalah spesifik karena membahas bidang tertentu. Jika Anda menyukai bidang sosial, pilihlah jurusan yang bisa membawa Anda pada kemajuan. Juga bagi Anda yang menyukai seni, bahasa, atau sastra jujurlah bahwa Anda menyukai bidang itu. 
 
Jangan terstigma bahwa takut madesu alias "masa depan suram" karena memilih jurusan yang menurut Anda kurang level. Masalah rezeki ke depan Tuhan sudah punya rencana sendiri untuk kita. Anda nanti bisa menjalani profesi sebagai karyawan, peneliti, atau wirausahawan itu masalah pembentukan diri. Kejujuran diri tanpa banyak mendengar "bisikan" teman atau karena tren lebih penting daripada Anda nanti bingung setelah masuk kuliah. Jadi, cobalah nikmati dari sekarang untuk yakin bahwa Anda punya potensi menentukan arah diri sendiri.

Berikut tips memilih jurusan yang tepat menurut Gunadi (2007):

1. Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati. Sebelum memilih jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detil, mulai dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya, komunitas sosialnya, kegiatan kampusnya, biaya, alternative profesi kerja, kualitas alumninya, dsb.
 
2. Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir. Anak perlu tahu realitanya, bahwa jurusan yang dipilih tidak menjamin kesuksesan masa depannya. Jangan dikira bahwa dengan kuliah di jurusan tersebut maka hidupnya kelak past sukses seperti yang di iklankan.
 
3. Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kemampuan dan minat siswa yang bersangkutan. Jika seorang siswa memilih jurusan sesuai dengan kemampuan dan minatnya, maka dirinya akan mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama kuliah, namun jika dirinya tidak memiliki kemampuan dan minat dalam jurusan yang dipilih, bisa mempengaruhi  motivasi belajar seperti yang telah dijelaskan di atas.
 
4. Berpikiran jauh ke depan melihat konsekuensi dari setiap pilihan, apakah mampu menjaga komitmen dan konsekuensi kerja sebagai akibat dari pilihan itu? Di setiap pilihan pasti ada konsekuensi profesi, jangan sampai ingin punya status tapi tidak ingin menjalani konsekuensinya. Jangan sampai ingin jadi dokter tapi tidak siap mendapatkan panggilan mendadak tengah malam dari pasiennya; ingin jadi tentara tapi takut berperang; ingin jadi guru tetapi tidak sabar / tidak senang disuruh menghadapi anak murid. Jadi, kalau sudah punya cita-cita, siapkan mental, fisik dan komitmen untuk mau belajar menghadapi tantangannya.
 
5. Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan cita-cita anak. Setiap anak pasti memiliki cita-cita. Jika anak bercita-cita menjadi psikolog maka sebaiknya memilih jurusan psikologi bukan jurusan sosiologi atau yang lainnya. Jika ingin menjadi dokter, ya harus mengambil kuliah kedokteran. Pelajari bidang studi yang mempunyai beberapa proses. Misalnya, anak kelak ingin menjadi dokter bedah, maka terlebih dahulu harus menjalani kuliah di kedokteran umum.
 
6. Menyiapkan beberapa alternatif. Alangkah baiknya jika anak memiliki lebih dari satu alternative untuk menjaga jika dirinya tidak masuk di alternative pertama, maka masih ada kesempatan di alternative berikutnya. Pemilihan alternative studi harus pun diupayakan yang masih sesuai dengan minat dan kemampuan anak, bukan karena pilihan yang paling besar kemungkinan diterima padahal tidak sesuai minat.

Kuliah membutuhkan banyak biaya dan waktu yang tidak sebentar. Maka, selagi masih belum terlanjur, memilih jurusan kuliah harus memang benar-benar tepat untuk anda, jangan sampai nantinya putus ditengah jalan.
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Intisari Pendidikan.blogspot.com - All Rights Reserved