Translate

Home » » Makna reunian

Makna reunian

Reorientasi Reuni Sekolah
Jumat, 17/09/2010 09:00 WIB - Mukhlis Mustofa

Guru di SMP Batik Solo

Reuni berperan kuat sebagai bentuk pertemuan mengenang masa lalu, serta memanfaatkan momentum perayaan hari Idul Fitri, banyak pihak menggelar acara reuni sekolah. Tidak bisa dimungkiri mudiknya penduduk kota-kota besar ke kampung halaman masing-masing dimanfaatkan sebagai ajang pertemuan teman masa lampau sekaligus melepas kangen. Peminat momentum ini pun sangat banyak dan terlihat dari semakin berkembangnya peserta kegiatan reuni ini. Realitas ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosiologis pendidikan di negeri ini. Walaupun teknologi informasi sudah sedemikian pesat, nampaknya reuni masih menjadi sesuatu yang sangat dinanti dan tidak tergantikan.

Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya reuni berperan kuat sebagai embrio gerakan sosial yang memiliki efek luar biasa dalam pengembangan sumber daya manusia. Potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia inilah yang hingga saat ini belum terlihat dalam setiap penyelenggaraan reuni. Reuni tidak lebih terkesan hanyalah sekadar merayakan euforia masa lalu. Ide dalam reuni pada akhirnya menjadi kering karena hanyalah mengulang romantisme tanpa ada follow up dari sebuah pertemuan gerakan sosial ini.

Reuni sekolah sebagai sebuah event sosial dengan berbagai macam dampak penyerta meninggalkan berbagai pertanyaan besar. Potensi apakah yang bisa dikembangkan setelah pelaksanaan reuni sekolah, menjadi pertanyaan utama berkaitan dengan maraknya penyelenggaraan acara berbalut romantisme ini. Mungkinkah terjadi pemberdayaan alumni sebagai tindak lanjut pelaksanaan reuni? Pertanyaan itu muncul dalam setelah gelar reuni berakhir.

Cerita Sukses
Penyelenggaraan reuni senantiasa mendapatkan dampak positif bagi alumnus sebuah lembaga pendidikan. Manajemen romantisme masa lalu yang dikembangkan setiap penyelenggaraannya merupakan alasan utama mengapa kegiatan reuni senantiasa up to date untuk diikuti. Cerita kesuksesan dan kabar kekinian seorang teman dengan teman di masa lalu menjadi menu utama acara reuni. Konteks ini menjadi dua sisi mata uang yang sangat berbeda. Di satu sisi cerita kesuksesan menjadi kebanggaan, namun di sisi lain tidak jarang belum berhasilnya seorang alumnus menjadi cerita sedih semata dan tidak jarang memunculkan keminderan dengan alumnus lainnya.

Kesan penyelenggaraan reuni sendiri saat ini hanyalah sebatas hura-hura, terlihat pada ekspose di beberapa media. Perayaan dengan pentas musik, game antarangkatan hingga beberapa acara yang hanya bersifat seremonial semata lebih mengemuka. Parahnya, reuni yang hanya berkisar pada sekadar perayaan ini sudah berlangsung dalam rentang waktu lama dan setiap pihak penyelenggara sendiri nampaknya masih terpuaskan pada bagaimanakah pelaksanaan acara ini bisa sukses dibandingkan memikirkan dampak lanjutan reuni. Sangatlah ironis memang manakala reuni yang selayaknya bisa menjadi energi positif alumnusnya dalam menjalankan beragam peran kehidupan hanya tinggal hura-hura tanpa kesan.

Pihak sekolah tempat dihasilkannya ribuan alumni sendiri hingga saat ini belum mendapatkan manfaat nyata dari sebuah penyelenggaraan reuni. Sekolah terposisikan hanya sebatas berkutat pada penyediaan tempat dan kehadiran beberapa guru dalam acara tersebut. Kepuasan dan kekaguman sesaat kerap kali menghiasi pelaksanaan reuni, tanpa ada refleksi di balik kekaguman guru tersebut. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, sekolah sendiri akan mendapatkan sesuatu lebih dibandingkan hanya sekadar penyedia tempat reuni.

Parameter kompetensi lulusan sebuah sekolah dapat terlihat dari penyelenggaraan reuni. Setiap penyelenggaraan reuni sebenarnya bisa menjadi sarana kontrol bagi sebuah sekolah. Sejauh manakah penerimaan lulusan sebuah sekolah menjadi evaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Fenomena ini mutlak menjadi perhatian tersendiri mengingat sebenarnya selama ini sekolah teramat bias untuk mengetahui bagaimanakah lulusan yang telah dihasilkan. Sekolah terpuaskan dengan persentase tingkat kelulusan semata, tanpa memperhatikan penyerapan lulusan sekolah tersebut dalam masyarakat. Padahal penerimaan alumnus sekolah dalam masyarakat merupakan realitas bagaimanakah kompetensi riil hasil pendidikan sekolah tersebut.

Memanfaatkan momentum penyelenggaraan reuni sebagai sarana pengembangan jaringan alumni, konsep ini selayaknya dilakukan mengingat selama ini jaringan antaralumni masih teramat lemah. Langkah konkret sangat jarang terlihat dari para alumni sekolah dan penyatuan masing-masing lulusan dalam sebuah pemberdayaan belum terlihat. Dampak pengembangan jaringan alumni sekolah ini tentulah sangat kondusif bagi pengembangan alumni sekolah tersebut. Contoh konkretnya pengembangan jaringan alumni dalam peningkatan menyejahterakan bisa dilakukan dengan pembukaan peluang pekerjaan pada suatu unit yang telah ada alumnus sekolah tersebut. Pembukaan peluang pekerjaan ini tentulah harus dilakukan dengan mekanisme kualifikasi yang jelas, namun secara tidak langsung pengembangan alumni ini memberikan harapan dan bermaslahat bagi alumni lainnya.

Kuatnya jaringan alumni secara tidak langsung memudahkan kualifikasi alumnus sebuah lembaga pendidikan. Pihak pengguna alumni tersebut misalnya sebuah unit produksi akan lebih mudah mengklasifikasikan kompetensi suatu lembaga pendidikan dan secara tidak langsung akan meningkatkan pencitraan positif bagi lembaga.
Mafia Berkeley yang dulu dikenal sebagai pilar perekonomian Indonesia masa awal orde baru merupakan bentuk kualifikasi yang pernah dikembangkan di Indonesia. Pola ini sangat layak dikembangkan dan beberapa perguruan tinggi sudah mengembangkannya. Jaringan alumni yang berkualitas secara tidak langsung memudahkan masyarakat dalam menentukan pilihan pendidikan nantinya.

Pola pengadaan kegiatan ini awalnya bisa dilakukan untuk internal sekolah di mana alumni itu berasal dan dapat diperluas untuk khalayak luas. Untuk level Kota Solo sendiri sudah dijumpai sebuah SD yang melaksanakan kegiatan pesantren Ramadan oleh alumnus SD itu sendiri dan kegiatan tersebut memungkinkan diperluas bagi masyarakat umum. Pembagian telur untuk sahur dan sarung oleh sebuah lembaga alumni perguruan tinggi di bundaran Gladag beberapa waktu lalu bisa menjadi contoh konkret. Ternyata reuni bisa dilakukan tanpa hura-hura dan sangat bermanfaat bagi khalayak.

Reuni sekolah adalah salah satu pemenuhan kebutuhan sosial manusia untuk mengenang romantisme masa silam dan diharapkan memotivasi diri dalam perjalanan di masa mendatang. Sangatlah elok manakala semangat berbalut romantisme masa silam ini dibalut keinginan bersama untuk lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Selamat bereuni. (***)
Share this article :
 
Support : Copyright © 2011. Intisari Pendidikan.blogspot.com - All Rights Reserved