Mendidik Siswa jadi Saudagar
“Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya perdagangan itu ada 9 (sembilan) dari (10) sepuluh pintu rejeki” (HR. Ahmad).
Tengoklah gudang sekolah, kita akan menemui banyak pekerjaan (kriya) siswa yang terbuang sia-sia, seolah-olah pekerjaan atau tugas siswa tersebut tidak ada harganya. Mengapa demikian?
Sense of Saudagar atau wirausaha alias Entrepreneurship, pada umumnya tidak dimiliki oleh Bapak atau Ibu Guru, sehingga pekerjaan anak hanya dinilai lalu dibuang, yang bagus paling-paling hanya ditempelkan di dinding kelas, tidak ada upaya dan rencana untuk dijual kembali kepada pihak lain yang membutuhkan, padahal sang anak telah membuatnya dengan susah payah. Sesungguhnya hasil Karya anak banyak sekali yang bagus-bagus dan layak untuk dijual, apabila hal tersebut dilakukan maka sungguh suatu kebanggan yang luar biasa dan tiada tandingannya bagi si anak.
Istilah Saudagar pada jaman dahulu diartikan sebagai pedagang besar, namun saat ini tidak begitu populer dibadingkan dengan istilah wirausaha, walaupun dalam kehidupan sehari-hari dianggap memiliki pengertian yang sama yaitu pengusaha. Secara etimologi kata tersebut berbeda arti. Saudagar berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari kata Sau berarti seribu dan dagar artinya akal, Jadi Saudagar mengandung makna orang yang memiliki seribu akal. Contoh para pengusaha Kaos Persib dengan adanya larangan dari pihak PSSI bahwa bobotoh tidak diperbolehkan menonton dengan menggunakan atribut bobotoh persib atau Viking. Bagi yang sudah menjadi saudagar, hal ini merupakan tantangan dan sekaligus lahan untuk melakukan diversifikasi (usaha lain), dengan demikian ia akan mengeluarkan produk baru, atau menutupi kejenuhan konsumen yang kalau menonton harus memakai kaos itu-itu lagi.
Sedangkan wirausaha terdiri dari kata Wira yang artinya manusia unggul, berbudi luhur dan memiliki keagungan, Usaha artinya bekerja. Diterjemahkan secara bebas menjadi berusaha sendiri.
Apabila seorang guru memiliki sense of saudagar maka ia dapat memberikan insiprasi yang luar biasa kepada muridnya, tentunya di masa depan banyak murid menjadi seorang saudagar (Entrepreneur) besar. Contoh Alm Atang Ruswita atau Ricky Ganjani pemilik alat musik Dinasti merintis karir semenjak duduk di bangku SMA. Artinya masa SMA adalah waktu yang tepat untuk mencoba-coba menekuni usaha atau menimba ilmu kewirausahaan. Anak-anak SMA sekarang banyak yang memiliki ide kreatifnya sangat tinggi, sehingga kemungkinan untuk menciptakan industri kreatif sangat tinggi
Bagaimanakah seorang guru dapat menciptakan seorang Saudagar? Tentunya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat barang yang dapat dijual. Semua guru mata pelajaran dapat mendidik siswa jadi saudagar, walaupun ide ini sangat sulit diterapkan dan butuh waktu yang lama. Misalnya Guru Mata pelajaran Kimia dapat mempraktekkan pembuatan sabun, shampo, minyak rambut, dan lain-lain. Guru Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris menugaskan membuat pepatah (Kata Mutiara) yang dibuat dengan tulisan indah kemudian dibingkai. Guru Matematika menugaskan penulisan rumus-rumus matematika. Guru PAI membuat Kaligrafi, dan Guru Ekonomi membimbing siswanya agar dapat menjual barang teman-temannya.
Melalui cara tersebut siswa akan membuat tugas secara sungguh-sungguh tidak asal-asalan yang pada umumnya dilakukan, sebab dalam prolognya disebutkan tugas yang akan mendapat nilai adalah apabila barang buatannya laku atau terjual. Agar barangnya laku siswa diberikan pengetahuan berkolaborasi dengan orang lain.
Dampak positif yang diperoleh , adalah melatih siswa untuk menciptakan kebiasan mencipta dan berinovasi (creating and inovating habit) serta melihat peluang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai melalui latihan-latihan yang telah diberikan..
Kemudian, siswa akan memahami bagaimana seluk beluknya usaha, memiliki pengalaman berkolaborasi dengan orang lain dan mengerti tentang keuntungan dan resiko bisnis yang dihadapi. Pengaruh yang paling mendasar dan sangat berharga adalah terbentuknya kebanggaan dan kepercayaan dirinya yang besar.
Pada akhirnya mendidik siswa menjadi saudagar tidak hanya menjadikan siswa sebagai pengusaha, namun lebih jauh lagi dapat memoles siswa yang mampu menjawab setiap tantangan dan dengan cerdas dapat mencari solusi yang tepat guna dan berdaya guna.
Menurut Ketua Program Studi Ekonomi Koperasi UPI Bandung, Dr. Kusnendi, MS, (PR16/1) menyatakan bahwa pendidikan ekonomi yang baik mampu membuat siswa menjadi ” melek ekonomi” , artinya, jika ia menjadi Konsumen maka akan menjadi konsumen yang kritis. Sedangkan apabila ia menjadi produsen maka menjadi produsen yang bertanggung jawab, dan jika ia menjadi pekerja, maka ia akan menjadi pekerja yang produktif.
Jelaslah disini untuk menjadikan siswa yang melek ekonomi salah satu caranya dengan pembekalan mendidik siswa jadi saudagar, yang pada akhirnya apabila siswa telah tamat, maka ia memiliki bekal untuk menghadapi hidup dan tidak terlunta-lunta mencari pekerjaan ke berbagai perusahaan. Sehingga tamatan SMA tidak lagi penyumbang terbesar pengangguran dari tahun ke tahun.
Semoga.
Penulis,
Drs. Iwan Rudi Setiawan
Pengurus MGMP Ekonomi Provinsi Jawa Barat dan Kab. Bandung Barat
Translate
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment